Adopsi Model Car-Sharing, HipCar Siap Bantu Atasi Kemacetan di Ibu Kota
Akses mobil dengan smartphone
Jika biasanya kamu “menumpang” kendaraan milik orang lain dalam layanan transportasi berbasis aplikasi online, seperti Uber, GO-CAR, atau GrabCar, Leo Tanady mencoba menciptakan sesuatu yang berbeda. Ia memiliki ide untuk membuat para pengguna layanan transportasi online bisa berkendara seperti menggunakan mobil sendiri lewat HipCar.
Salah satu alasan Leo mencoba model bisnis seperti ini adalah untuk menekan keinginan orang membeli mobil. Harapannya, hal tersebut dapat membantu menekan tingkat kemacetan di Jakarta.
“Sekarang orang bawa mobil ke kantor, seharian mobilnya di kantor, tidak dipakai. Setelah itu dia pulang ke rumah, mobilnya menganggur lagi. Kira-kira mobil mereka menganggur selama 160 jam dalam seminggu,” jelas Leo. “Kenapa tidak kita kasih 160 jam ke orang yang benar-benar perlu, jadi dia tidak perlu lagi beli mobil. Less car, less traffic.”
Kamu dapat mengendarai sendiri mobil yang kamu pinjam dengan teknologi yang dikembangkan Hipcar. Kamu tidak perlu bertemu dengan pemilik mobil untuk mengambil kunci. Untuk membuka dan mengunci pintu mobil, bisa dilakukan melalui aplikasi mobile yang tersedia untuk Android dan iOS.
Fitur tersebut ditunjukkan dalam demo yang diselenggarakan pada 16 Mei 2017 lalu. Kamu hanya perlu melakukan tap pada tombol Lock atau Unlock dalam aplikasi untuk membuka atau menutup kunci mobil. Aplikasi tersebut terkoneksi dengan perangkat Bluetooth khusus pada mobil yang terdaftar sebagai mitra HipCar.
Penggunaan aplikasi sebatas untuk mengunci dan membuka kunci pintu saja. Untuk menjalankan mobil, kamu bisa menggunakan kunci kendaraan yang disediakan di dalamnya.
Jika biasanya kamu “menumpang” kendaraan milik orang lain dalam layanan transportasi berbasis aplikasi online, seperti Uber, GO-CAR, atau GrabCar, Leo Tanady mencoba menciptakan sesuatu yang berbeda. Ia memiliki ide untuk membuat para pengguna layanan transportasi online bisa berkendara seperti menggunakan mobil sendiri lewat HipCar.
Salah satu alasan Leo mencoba model bisnis seperti ini adalah untuk menekan keinginan orang membeli mobil. Harapannya, hal tersebut dapat membantu menekan tingkat kemacetan di Jakarta.
“Sekarang orang bawa mobil ke kantor, seharian mobilnya di kantor, tidak dipakai. Setelah itu dia pulang ke rumah, mobilnya menganggur lagi. Kira-kira mobil mereka menganggur selama 160 jam dalam seminggu,” jelas Leo. “Kenapa tidak kita kasih 160 jam ke orang yang benar-benar perlu, jadi dia tidak perlu lagi beli mobil. Less car, less traffic.”
Kamu dapat mengendarai sendiri mobil yang kamu pinjam dengan teknologi yang dikembangkan Hipcar. Kamu tidak perlu bertemu dengan pemilik mobil untuk mengambil kunci. Untuk membuka dan mengunci pintu mobil, bisa dilakukan melalui aplikasi mobile yang tersedia untuk Android dan iOS.
Fitur tersebut ditunjukkan dalam demo yang diselenggarakan pada 16 Mei 2017 lalu. Kamu hanya perlu melakukan tap pada tombol Lock atau Unlock dalam aplikasi untuk membuka atau menutup kunci mobil. Aplikasi tersebut terkoneksi dengan perangkat Bluetooth khusus pada mobil yang terdaftar sebagai mitra HipCar.
Penggunaan aplikasi sebatas untuk mengunci dan membuka kunci pintu saja. Untuk menjalankan mobil, kamu bisa menggunakan kunci kendaraan yang disediakan di dalamnya.
Telah dilengkapi beragam fitur keamanan
“Kami memiliki semacam dashboard untuk memantau mobil-mobil HipCar. Kami bisa melihat segala aktivitas mobil, di mana lokasinya, apakah mesinnya menyala atau mati, mobilnya terkunci atau tidak,” jelas Leo. “Jika menemukan aktivitas yang mencurigakan, kami dapat mematikan mobilnya secara remote.”
Untuk menambah keamanan, HipCar melakukan proses verifikasi menggunakan KTP dan SIM bagi semua calon pengguna yang ingin menikmati layanan car-sharing ini.
“Kami memiliki semacam dashboard untuk memantau mobil-mobil HipCar. Kami bisa melihat segala aktivitas mobil, di mana lokasinya, apakah mesinnya menyala atau mati, mobilnya terkunci atau tidak,” jelas Leo. “Jika menemukan aktivitas yang mencurigakan, kami dapat mematikan mobilnya secara remote.”
Untuk menambah keamanan, HipCar melakukan proses verifikasi menggunakan KTP dan SIM bagi semua calon pengguna yang ingin menikmati layanan car-sharing ini.
Pengembangan diam-diam
HipCar mulai dikembangkan sekitar tahun 2015. Startup ini juga sempat mengikuti program GnB Accelerator angkatan pertama pada tahun 2016. Namun, aplikasinya sendiri baru diluncurkan secara resmi ke publik pada 16 Mei 2017.
Menurut Leo, ia memilih beroperasi di luar radar untuk memastikan bahwa sistem HipCar sudah benar-benar siap digunakan dan minim eror. Leo mengakui, proses pengujian memakan waktu yang cukup banyak untuk memastikan semuanya berfungsi seperti yang diharapkan.
“Pengembangan aplikasinya selama enam sampai delapan bulan, lalu beta testing selama satu tahun untuk memastikan keamanan mobil,” ujar Leo yang ikut terlibat langsung dalam proses pengembangan produk dengan dua engineer lainnya.
HipCar mulai dikembangkan sekitar tahun 2015. Startup ini juga sempat mengikuti program GnB Accelerator angkatan pertama pada tahun 2016. Namun, aplikasinya sendiri baru diluncurkan secara resmi ke publik pada 16 Mei 2017.
Menurut Leo, ia memilih beroperasi di luar radar untuk memastikan bahwa sistem HipCar sudah benar-benar siap digunakan dan minim eror. Leo mengakui, proses pengujian memakan waktu yang cukup banyak untuk memastikan semuanya berfungsi seperti yang diharapkan.
“Pengembangan aplikasinya selama enam sampai delapan bulan, lalu beta testing selama satu tahun untuk memastikan keamanan mobil,” ujar Leo yang ikut terlibat langsung dalam proses pengembangan produk dengan dua engineer lainnya.
Peluang integrasi Hipcar dengan transportasi umum
Leo bercerita, “Dave, salah satu tim saya, tinggalnya di Jatibening. Kalau mau ke kantor, dia naik transportasi umum seperti kereta. Sesampainya di Jakarta, dia perlu pergi meeting ke beberapa tempat, get things done. Tapi bagaimana caranya agar Dave tidak perlu menyetir dari Jatibening sampai Jakarta?
“Itu gunanya HipCar. Dave naik kereta saja dari Jatibening. Sampai di Jakarta, dia bisa pakai HipCar untuk berkeliling, setelah selesai kembalikan mobilnya, lalu pulang lagi menggunakan kereta,” pungkasnya.
Di Jakarta, banyak orang yang bernasib sama seperti Dave. Leo ingin HipCar nantinya dapat membantu orang seperti Dave, yang bekerja di Jakarta namun setiap hari pulang-pergi ke daerah satelit.
Menurut Sandiaga Uno yang turut hadir dalam acara peluncuran tersebut, konsep integrasi car-sharing seperti HipCar dengan transportasi umum layak dicoba. “Car-sharing economy menurunkan jumlah mobil secara signifikan di jalan-jalan dan oleh karena itu menurunkan juga kemacetan. HipCar dari presentasinya, meski masih tahap awal, tapi cukup menjanjikan,
“Kita harus mulai memikirkan bagaimana caranya mengintegrasikan transportasi online seperti ini dengan transportasi umum. Bagaimana kilometer pertama dan kilometer terakhir dikenakan harga terjangkau, salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan transportasi digital,” ujar Sandiaga.
Leo bercerita, “Dave, salah satu tim saya, tinggalnya di Jatibening. Kalau mau ke kantor, dia naik transportasi umum seperti kereta. Sesampainya di Jakarta, dia perlu pergi meeting ke beberapa tempat, get things done. Tapi bagaimana caranya agar Dave tidak perlu menyetir dari Jatibening sampai Jakarta?
“Itu gunanya HipCar. Dave naik kereta saja dari Jatibening. Sampai di Jakarta, dia bisa pakai HipCar untuk berkeliling, setelah selesai kembalikan mobilnya, lalu pulang lagi menggunakan kereta,” pungkasnya.
Di Jakarta, banyak orang yang bernasib sama seperti Dave. Leo ingin HipCar nantinya dapat membantu orang seperti Dave, yang bekerja di Jakarta namun setiap hari pulang-pergi ke daerah satelit.
Menurut Sandiaga Uno yang turut hadir dalam acara peluncuran tersebut, konsep integrasi car-sharing seperti HipCar dengan transportasi umum layak dicoba. “Car-sharing economy menurunkan jumlah mobil secara signifikan di jalan-jalan dan oleh karena itu menurunkan juga kemacetan. HipCar dari presentasinya, meski masih tahap awal, tapi cukup menjanjikan,
“Kita harus mulai memikirkan bagaimana caranya mengintegrasikan transportasi online seperti ini dengan transportasi umum. Bagaimana kilometer pertama dan kilometer terakhir dikenakan harga terjangkau, salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan transportasi digital,” ujar Sandiaga.
Andalkan transaksi nontunai
Pengguna HipCar bisa melakukan pembayaran lewat saldo HipCar atau transfer antarbank. Metode tersebut dipilih Leo karena pengguna HipCar, yang kebanyakan berusia di bawah 28 tahun, tidak memiliki kartu kredit.
HipCar tidak melayani transaksi dengan uang tunai. Hal tersebut dilakukan agar proses peminjaman mobil lebih sederhana. Pemilik mobil tidak perlu direpotkan dengan pembayaran dan proses penyewaan yang perlu bertatap muka langsung, dan peminjam pun bisa meminjam mobil dengan lebih nyaman.
Menurut Leo, 75 persen pengguna memilih durasi penggunaan selama tiga jam atau lebih. Kini HipCar memiliki tujuh station dan sepuluh unit mobil yang beroperasi kebanyakan di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Mobil yang lolos kriteria adalah yang memiliki kondisi baik dengan usia maksimal delapan tahun.
Leo menargetkan sampai akhir tahun ini mereka bisa mengakuisisi hingga 150 mobil. “Kalau mobilnya semakin dekat dengan user, kemungkinan user pakainya pun lebih tinggi. Targetnya, kita mau user bisa tinggal jalan kaki saja untuk ambil mobilnya,” jelas Leo.
Di Amerika Serikat, ada ZipCar yang menawarkan layanan serupa. Sebuah survei menunjukkan, keberadaan ZipCar rupanya cukup efektif untuk menurunkan keinginan masyarakat membeli mobil.
Dalam studi lainnya, layanan car2go yang mirip ZipCar juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Setiap penggunaan satu unit car2go dapat mengurangi tujuh hingga sebelas kendaraan yang beredar di jalanan.
Lalu, apakah HipCar akan dapat memberikan pengaruh serupa di ibu kota? Tentunya diperlukan dukungan dari pemerintah dan pengguna yang bertanggung jawab untuk mewujudkan hal tersebut.
HipCar - Car Rental
GRATIS
Pengguna HipCar bisa melakukan pembayaran lewat saldo HipCar atau transfer antarbank. Metode tersebut dipilih Leo karena pengguna HipCar, yang kebanyakan berusia di bawah 28 tahun, tidak memiliki kartu kredit.
HipCar tidak melayani transaksi dengan uang tunai. Hal tersebut dilakukan agar proses peminjaman mobil lebih sederhana. Pemilik mobil tidak perlu direpotkan dengan pembayaran dan proses penyewaan yang perlu bertatap muka langsung, dan peminjam pun bisa meminjam mobil dengan lebih nyaman.
Menurut Leo, 75 persen pengguna memilih durasi penggunaan selama tiga jam atau lebih. Kini HipCar memiliki tujuh station dan sepuluh unit mobil yang beroperasi kebanyakan di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Mobil yang lolos kriteria adalah yang memiliki kondisi baik dengan usia maksimal delapan tahun.
Leo menargetkan sampai akhir tahun ini mereka bisa mengakuisisi hingga 150 mobil. “Kalau mobilnya semakin dekat dengan user, kemungkinan user pakainya pun lebih tinggi. Targetnya, kita mau user bisa tinggal jalan kaki saja untuk ambil mobilnya,” jelas Leo.
Di Amerika Serikat, ada ZipCar yang menawarkan layanan serupa. Sebuah survei menunjukkan, keberadaan ZipCar rupanya cukup efektif untuk menurunkan keinginan masyarakat membeli mobil.
Dalam studi lainnya, layanan car2go yang mirip ZipCar juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Setiap penggunaan satu unit car2go dapat mengurangi tujuh hingga sebelas kendaraan yang beredar di jalanan.
Lalu, apakah HipCar akan dapat memberikan pengaruh serupa di ibu kota? Tentunya diperlukan dukungan dari pemerintah dan pengguna yang bertanggung jawab untuk mewujudkan hal tersebut.
HipCar - Car Rental
GRATIS
Komentar
Posting Komentar