Bukaloka Startup dari Pulau Dewata yang Ingin Bantu UMKM Lebih Mandiri
Buat jualan makin gampang
Melihat banyaknya tren marketplace yang memungkinkan sebuah usaha untuk berjualan melalui platform-platform tersebut, Aditya Santana memiliki satu pertanyaan yang cukup mengganjal.
Bagaimana kalau situs yang kamu gunakan untuk jualan mulai sepi pengunjung, atau bahkan berhenti beroperasi? Apakah bisnis yang berjualan di sana masih bisa mendapatkan hasil penjualan yang sama?
Dari pertanyaan tersebut, ide untuk mendirikan Bukaloka kemudian muncul. Layanan ini merupakan sebuah platform yang mengintegrasikan marketplace dengan layanan pembuatan situs toko online untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Melalui Bukaloka, penjual dapat membuat situs toko online yang bisa menggunakan nama domainnya sendiri. Toko online kamu nantinya akan terintegrasi dengan situs marketplace Bukaloka dalam urusan pengelolaan produk, metode pembayaran, order, dan logistik.
Harapannya, pelaku UMKM dapat menjangkau pelanggan yang lebih luas dengan menjual produk mereka lewat marketplace Bukaloka. Namun, mereka juga dibantu untuk membuat toko online mereka sendiri agar dapat berjualan secara mandiri.
Dengan tujuan tersebut, Bukaloka mengharuskan para pelaku UMKM untuk membuat sendiri situs toko online mereka melalui platform yang telah disediakan.
Kamu bisa menemukan kategori produk yang cukup beragam di marketplace ini. Dari mulai perlengkapan bayi, elektronik, kerajinan tangan, bahkan otomotif pun bisa kamu temukan di sini. Selain itu, ada juga kategori khusus oleh-oleh khas Bali.
Fokus garap pasar UMKM Bali
Aditya Santana dan Esa Dharma Putra mulai mengembangkan Bukaloka sejak tahun 2015. Startup yang berbasis di Bali ini kemudian diluncurkan pada November 2016 di Denpasar.
Saat ini, mereka masih fokus menggarap pasar Bali. Selain karena lebih mudah untuk mereka berinteraksi langsung dengan target potensial, Aditya juga merasa kesadaran pelaku UMKM Bali terhadap bisnis online masih perlu ditingkatkan.
“Untuk saat ini kami fokus untuk menggarap pasar Bali, karena potensi UMKM di sini sangat besar, dan masih banyak sektor UMKM yang masih belum memanfaatkan teknologi internet untuk bisnisnya go online, maksimal mereka paling hanya menggunakan sosial media,” jelas Aditya.
Karena itu, Aditya dan timya rutin mengadakan sejumlah kegiatan sebagai cara mereka untuk melakukan branding. Di antaranya, dengan melakukan sosialisasi dan roadshow ke beberapa kota dan kabupaten di Bali. Salah satunya adalah kabupaten Gianyar, yang dinilai memiliki potensi di sektor UMKM yang cukup besar.
Dapatkan pendanaan dari STIKOM Bali
Bukaloka mendapatkan pendanaan tahap awal (seed funding) dari STIKOM Bali. Namun besaran pendanaannya sendiri tidak disebutkan. Aditya menceritakan awal mula ia mendapatkan pendanaan tersebut. Saat itu, ia diundang untuk mengisi salah satu acara di STIKOM Bali yang berhubungan dengan startup. Seusai acara, ia sedikit berdiskusi dengan pihak STIKOM tentang kesulitannya mencari investor yang mau mendanai Bukaloka di Bali.
Melihat Bukaloka adalah startup yang dibangun oleh putra Bali dan memiliki impak yang bagus untuk penduduk lokal, pihak STIKOM Bali kemudian menawarkan untuk berinvestasi di startup ini. STIKOM Bali sendiri memang memiliki program inkubasi, namun Bukaloka adalah startup pertama yang mereka berikan suntikan dana.
“Singkat cerita, saya dikenalkan dengan yayasan yang menaungi STIKOM. Kebetulan pembina yayasan yang menaungi STIKOM adalah tokoh seni dan budaya di Bali, Prof. Made Bandem. Saya, pitching dan ternyata semua pihak tertarik dengan Bukaloka,” tambah Aditya.
Target ekspansi ke luar Bali dalam dua tahun
Sejak pertama kali diluncurkan hingga saat ini, Bukaloka telah memiliki 780 penjual sebagai pengguna aktif. Tidak hanya UMKM dari Bali saja, sejumlah UMKM dari Jabodetabek dan Jawa Timur juga ada yang sudah terdaftar di platform tersebut. Bahkan, Aditya juga menuturkan bahwa Jabodetabek dan jawa justru memiliki pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan Bali.
Aditya merencanakan untuk dapat sepenuhnya memperkenalkan Bukaloka ke UMKM di luar Bali dalam waktu dua tahun ke depan. Saat ini mereka tengah meningkatkan pertumbuhan konversi pengguna, repeat transaction, serta berbagai aktivitas lainnya untuk meningkatkan valuasi Bukaloka terlebih dahulu.
Sebagai pemain baru di ranah e-commerce, Bukaloka sudah pasti akan bersaing dengan e-commerce yang telah memiliki nama besar seperti Bukalapak atau Tokopedia. Namun, tujuan mereka untuk benar-benar membantu UMKM agar lebih mandiri sepertinya bisa menjadi salah satu kelebihan tersendiri.
Sementara itu, untuk penyedia platform pembuatan toko online, Bukaloka juga memiliki saingan seperti Pekku, Sirclo, dan Jarvis Store.
Komentar
Posting Komentar